Panggung Mingguan Pertama Narawita Fest 2023


Panggung Mingguan menjadi salah rangkaian kegiatan Narawita Fest 2023 yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Bulan Bahasa dan Sastra oleh Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS). Kali pertama dilaksanakan sore hari, Selasa 10 Oktober 2023, selepas ashar hingga jelang magrib. Taman Baca Digital Kampus 4 UPGRIS di Jalan Gajah menjadi saksi perhelatan yang berhamburan kata-kata yang menampilkan UKM Gisma, UKM Kias, dan LPM Vokal.

“Kami dari FPBS menyambut baik gelaran mingguan dalam rangkaian Narawita Fest 2023 ini. Tentu kami berupaya memberikan ruang bagi siapa saja untuk turut serta terlibat, tidak hanya mahasiswa FPBS semata. Akan tetapi membuka sepenuhnya bagi mahasiswa UPGRIS yang bergerak dalam seni, budaya, dan sastra, dalam berbagai unit kegiatan mahasiswa (UKM) atau organisasi kemahasiswaan di lingkungan FPBS,” ungkap Dr Dyah Nugrahani MHum, Wakil Dekan II FPBS UPGRIS, yang turut serta sejak awal hingga akhir menyaksikan panggung mingguan tersebut bersama Siti Musarokah SPd MHum, Wakil Dekan I FPBS UPGRIS.




Bagi Setia Naka Andrian, Ketua Narawita Fest 2023, penyelenggaraan gelaran bersama yang terlaksana tersebut diharapkan akan menjadi pintu masuk untuk proses-proses kreatif berikutnya bagi para mahasiswa. “Setidaknya ini pintu masuk, mungkin sebatas penyulut api. Selanjutnya bagaimana para mahasiswa akan melanjutkan. Yang pasti, utamanya proses. Dan proses kreatif itu menciptakan sesuatu yang tak ada menjadi ada. Keterbatasan menjadi kekuatan untuk mengokang kreativitas. Lihat saja, siapa pun para pencipta karya monumental kiranya pasti melalui proses penciptaannya dengan keterbatasan-keterbatasan. Sedang anak muda kalau dengan keterbatasan menjadi persoalan untuk berbuat, berkarya, ya sudah, semua akan selesai di situ. Sudah pasti tidak menjadikan keterbatasan menjadi sebuah keterbatasan untuk berproses kreatif,” ungkap Naka di sela kegiatan berlangsung.


UKM Paduan Suara Gisma menyajikan pementasan dengan tajuk “Simfoni Nusantara” memperkuat kesyahduan sore hari di taman yang teduh, dan tentu dipenuhi puluhan mahasiswa yang turut serta hadir selepas mereka usai mengikuti perkuliahan hari itu. Ditambah lagi upaya LPM Vokal, sebagai sebuah lembaga pers mahasiswa yang turut serta dalam proyek riset sejarah Sumpah Pemuda oleh pemantik Radit Bayu dan Yasin Fajar, yang kabarnya selanjutnya akan ditulis naskahnya oleh UKM Kias dan kemudian digarap menjadi drama kolosal oleh Teater Gema. “Tak lama ini kami akan mengadakan open casting yang terbuka untuk segenap mahasiswa, kemudian akan memulai proses penggarapan,” ungkap Roy Kartomo, ketua Teater Gema. “Kegelisahan saya berangkat dari diadakannya kongres pemuda pertama. Mengapa bahasa Melayu yang diajukan untuk bahasa persatuan. Lalu, jeda antara kongres pemuda pertama menuju kedua itu mengapa harus menunggu dua tahun lamanya," imbuh Radit, mahasiswa PBSI dan juga anggota LPM Vokal dalam diskusi yang merupakan periset untuk drama kolosal Sumpah Pemuda.



Tidak berhenti di situ, UKM Kias pada kesempatan sore itu pun menyelanggarakan gelaran Asasi (Ajang Apresiasi Sastra dan Film) #31 Dialektika Sastra: Buku Puisi "Searah Jalan Pulang" karya Asef Saeful Anwar, dengan pemantik diskusi Malikul Alam (Alumni PBSI UPGRIS). “Asasi ini dihadirkan bukanlah sebagai sebuah sesi diskusi semata, melainkan suatu wadah untuk mengulik lebih dalam mengenai gaya khas dalam berkarya sastra. Terlebih untuk mereka yang menyelam dalam puisi. Puisi sebagai wujud pengekspresian pikiran seseorang akan lebih indah apabila menggambarkan siluet dari sang pencipta puisi itu sendiri. Dirimu dikenal karena puisimu,” ungkap Beni Nada Krisna, ketua UKM Kias, sebuah kantong mahasiswa yang bergerak di bidang sastra. (SA)

Komentar